Rabu, 28 September 2011

KISAH ABU YAZID SANG RAJA PARA MISTIK



Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang terletak di bagian timur Laut Persi. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau adalah salah seorang Sulton Aulia, yang merupakan salah satu Syech yang ada di silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain. Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di negeri Irbil sbb:" ...bahwa mulai Abu Bakar Shiddiq sampai ke aku adalah golongan Shiddiqiah."


MASA REMAJA
Kakek Abu Yazid al Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan. "Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya" , ibunya sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri.

Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid mempelajari Al Qur-an. pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surat Lukman yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya, "Ijinkanlah aku untuk pulang,. Ada yang hendak kukatakan pada ibuku".

Si guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumahnya. Ibunya menyambutnya dengan kata-kata,"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa?"

"Tidak" jawab Abu Yazid "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Alloh memerintahkan agar aku berbakti kepadaNya dan kepadamu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Alloh sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Alloh semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata".

"Anakku" jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Alloh dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Alloh.

Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling ringan, paling sepele di antara yang lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segalasesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Alloh.

Kejadiannya adalah sebagai berikut:Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur"."malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tanganku kaku.

"Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?" ibuku bertanya.
"Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku.Kemudian ibu berkata kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka"
"Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali".

Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Alloh, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negri ke negri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,"Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu".

"Jendela? Jendela yang mana?", tanya Abu Yazid.
"Telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah melihat jendela itu?"
"Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah peduliku dengan jendela. Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini"."Jika demikian", kata si guru," kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai".

Suatu hari Abu Yazid mendengar bahwa di suatu tempat tertentu ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah (diartikan menghina kota Mekah), karena itu segera ia memutar langkahnya.

"Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Alloh", Abu Yazid berkata mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang dilakukannya"
Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat puluh langkah dari sebuah mesjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan menghormati masjid itu.
Setiap kali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, sesaat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis.
"Mengapa engkau selalu berlaku demikian?" tanya salah seseorang kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya.

Suatu saat  Abu Yazid melakukan perjalanan ke tota Mekkah. Perjalanan Abu Yazid menuju Ka'bah memakan waktu dua belas tahun penuh. Hal ini karena setiap kali ia bersua dengan seorang pengkhotbah yang memberikan pengajaran di dalam perjalanan itu, Abu Yazid segera membentangkan sajadahnya dan melakukan sholat sunnah dua roka'at. Mengenai hal ini Abu Yazid mengatakan: "Ka'bah bukanlah serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat dikunjungi orang setiap saat".

Akhirnya sampailah ia ke Ka'bah tetapi ia tidak pergi ke Madinah pada tahun itu juga. "Tidaklah pantas perkunjungan ke Madinah hanya sebagai pelengkap saja", Abu Yazid menjelaskan, "Saya akan mengenakan pakaian haji yang berbeda untuk mengunjungi Madinah".

Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah Haji. Ia mengenakan pakaian yang berbeda untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai menempuh padang pasir. Di sebuah kota dalam perjalanan tersebut, suatu rombongan besar telah menjadi muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah suci, banyak orang yang mengikutinya

"Siapakah orang-orang ini?", ia bertanya sambil melihat kebelakang.
"Mereka ingin berjalan bersamamu", terdengar sebuah jawaban.
"Ya Alloh!", Abu Yazid memohon, "Janganlah Engkau tutup penglihatan hamba-hambaMu karenaku".
Untuk menghilangkan kecintaan mereka kepada dirinya dan agar dirinya tidak menjadi penghalang bagi mereka, maka setelah selesai melakukan sholat shubuh, Abu Yazid berseru kepada mereka, "Ana Alloh ,Laa ilaha illa ana, Fa'budni". Sesungguhnya Aku adalah Alloh, Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka Sembahlah Aku"
"Abu Yazid sudah gila!", seru mereka kemudian meninggalkannya.
Abu Yazid meneruskan perjalanannya. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tengkorak manusia yang bertuliskan, Tuli, bisu, buta ...mereka tidak memahami. Sambil menangis Abu Yazid memungut tengkorak itu lalu menciuminya."Tampaknya ini adalah kepala seorang sufi", gumamnya," yang menjadi tauhid di dalam Alloh ... ia tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi mempunyai mata untuk memandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai lidah untuk memuji kebesaran Alloh, dan tak lagi mempunyai akal walaupun untuk merenung secuil pengetahuan Alloh yang sejati. Tulisan ini adalah mengenai dirinya".

Suatu ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai tunggangan dan pemikul perbekalannya."Binatang yang malang, betapa berat beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru.
Setelah beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban".
Kemudian si pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada di atas punggung onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak memikul beban tersebut.

"Maha besar Alloh, benar-benar menakjubkan!", seru si pemuda.
"Jika kusembunyikan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu Yazid kepadanya.
"Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku kepadamu?"

PERANG TANDING ANTARA ABU YAZID DAN YAHYA BIN MU'ADZ
Yahya bin Mu'adz-salah seorang tokoh sufi, aulia, waliyulloh, jaman itu, menulis surat kepada Abu Yazid," Apakah katamu mengenai seseorang yang telah mereguk secawan arak dan menjadi mabuk tiada henti-hentinya?"
"Aku tidak tahu", jawab Abu Yazid."Yang kuketahui hanyalah bahwa di sini ada seseorang yang sehari semalam telah mereguk isi samudra luas yang tiada bertepi namun masih merasa haus dan dahaga".

Yahya bin Mu'adz menyurati lagi," Ada sebuah rahasia yang hendak kukatakan kepadamu tetapi tempat pertemuan kita adalah di dalam surga. Di sana, di bawah naungan pohon Tuba akan kukatakan rahasia itu kepadamu".

Bersamaan surat itu dia kirimkan sepotong roti dengan pesan,"Syech harus memakan roti ini karena aku telah membuatnya dari air zam-zam".

Di dalam jawabannya Abu Yazid berkata mengenai rahasia yang hendak disampaikan Yahya itu," Mengenai tempat pertemuan yang engkau katakan, dengan hanya mengingatNya, pada saat ini juga aku dapat menikmati surga dan puhon Tuba. tetapi roti yang engkau kirimkan itu tidak dapat kunikmati. Engkau memang telah mengatakan air apa yang telah engkau pergunakan, tetapi engkau tidak mengatakan bibit gandum apa yang telah engkau taburkan".

Maka Yahya bin Mu'adz ingin sekali mengunjungi Abu Yazid. Ia datang pada waktu sholat Isya'. Yahya berkisah sebagai berikut,:" Aku tidak mau mengganggu Syech Abu Yazid. Tetapi aku pun tidak dapat bersabar hingga pagi. Maka pergilah aku ke suatu tempat di padang pasir di mana aku dapat menemuinya pada saat itu seperti dikatakan orang-orang kepadaku. Sesampainya ditempat itu terlihat olehku Abu Yazid sedang sholat Isya'. Kemudian ia berdiri di atas jari-jari kakinya sampai keesokan harinya. Aku tegak terpana menyaksikan hal ini. Sepanjang malam kudengar Abu Yazid berkata di dalam do'anya.," Aku berlindung kepadamu dari segala hasratku untuk menerima kehormatan-kehormatan ini".

Setelah sadar, Yahya mengucapkan salam kepada Abu Yazid dan bertanya apakah yang telah dialaminya pada malam tadi. Abu Yazid menjawab," lebih dari dua puluh kehormatan telah ditawarkan kepadaku. Tetapi tak satupun yang kuinginkan karena semuanya adalah kehormatan-kehormatan yang membutakan mata".

"Guru, mengapakah engkau tidak meminta pengetahuan mistik, karena bukankah Dia Raja diantara raja yang pernah berkata,"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki?" Yahya bertanya."Diamlah!", sela Abu Yazid," Aku cemburu kepada diriku sendiri yang telah mengenalNya, karena aku ingin tiada sesuatupun kecuali Dia yang mengenal diriNya. Mengenai pengetahuanNya, apakah peduliku. Sesungguhnya seperti itulah kehendakNya, Yahya. Hanya Dia, dan bukan siapa-siapa yang akan mengenal diriNya.

"Demi keagungan Alloh", Yahya bermohon,"berikanlah kepadaku sebagian dari karunia-karunia yang telah ditawarkan kepadamu malam tadi".

"Seandainya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril, kelapangan hati Ibrahim, kedambaan Musa kepada Alloh, kekudusan Isa, dan kecintaan Muhammad, niscaya engkau masih merasa belum puas. Engkau akan mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu", jawab Yazid." Tetaplah merenung Yang Maha Tingi dan jangan rendahkan pandanganmu, karena apabila engkau merendahkan pandanganmu kepada sesuatu hal, maka hal itulah yang akan membutakan matamu"

Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu.

Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata," Alloh Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhlukNya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu?"

Abu Yazid menjawab," Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku,'Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik?'. Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya".

Suatu ketika Abu yazid melakukan perjalanan menuju Ka'bah di Makkah, tetapi beberapa saat kemudian ia pun kembali lagi. "Di waktu yang sudah-sudah engkau tidak pernah membatalkan niatmu. Mengapa sekarang engkau berbuat demikian?", tanya seseorang kepaa Abu Yazid.

"baru saja aku palingkan wajahku ke jalan", jawab Abu Yazid,"terlihat olehku seorang hitam yang menghadang dengan pedang terhunus dan berkata,"Jika engkau kembali, selamat dan sejahtera-lah engkau. Jika tidak, akan kutebas kepalamu. Engkau telah meninggalkan Alloh di Bustham untuk pergi kerumahNya.

Hatim salah seorang waliyulloh masa itu, berkata kepada murid-muridnya," Barang siapa di antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari berbangkit nanti, ia bukan muridku".

Perkataan Hatim ini disampaikan orang kepada Abu Yazid. kemudian Abu Yazid menambahkan," Barang siapa yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarnya ke surga lalu kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, ia adalah muridku".

ABU YAZID DAN SEORANG MURIDNYA
Ada seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau.

Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid,"pada hari ini genaplah tigapuluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do'a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu".

"Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati".
"Mengapa demikian?",tanya si murid.
"Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid.
"Apakah yang harus kulakukan?",tanya si murid pula.
"Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya", jawab Abu Yazid.
"Akan kuterima!. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan".
"Baiklah!", jawab Abu Yazid."Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan".

"Maha besar Alloh! Tiada Tuhan kecuali Alloh", cetus si murid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu.
"Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim",kata Abu Yazid."Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Alloh".
"Mengapa begitu?",tanya si murid.
"Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Alloh. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Alloh?".

"Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain", si murid berkeberatan.
"Hanya itu yang dapat kusarankan",Abu Yazid menegaskan.
"Aku tak sanggup melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya.
"Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku",kata Abu Yazid.

"Engkau dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid. "Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid.
"Engkau dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu"
"Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam". " Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam".
"Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab,"Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapapun dan apapun kecuali kepada Alloh".

Abu Yazid ditanya orang,"Bagaimanakah engkau mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?"
. "Pada suatu malam ketika aku masih kecil,", jawab Abu Yazid,"aku keluar dari kota Bustham. Bulan bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya sebagai sebuah debu belaka. hatiku bergetar kencang lalu aku hanyut dilanda gelombang ekstase yang dahsyat. Aku berseru "Ya Alloh, sebuah istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikian kosongnya. Hasil karya yang sedemikian agung tapi begitu sepi? " Lalu terdengar olehku sebuah jawaban dari langit." Istana ini kosong bukan karena tak seorangpun memasukinya tetapi Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka-pun yang pantas menghuni istana ini".

"Maka aku lalu bertekat untuk mendo'akan semua manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang menyeruku.," Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat manusia akan menyebutmu


RAJA PARA MISTIK".
Abu Yazid menyatakan," Sewaktu pertama kali memasuki Rumah Suci (Ka'bah), yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu. Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk ketiga kalinya memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak terlihat olehku".

Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Alloh, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya," Anakku, siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid,"Guru, apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku".

"Anakku",Abu Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku"

Abu Yazid mengisahkan:
Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan. Di sebuah persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum Alloh mengutus seseorang untuk membukakan diriku.

Tiga hari tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama, terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku.

"Sejauh ini engkau memanggilku", katanya," hanya untuk membukakan mata yang tertutup dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid?"
"Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya kepada orang itu,"Dari manakah engkau datang?"
"Sejak engkau bersumpah itu telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu!"
Setelah berkata demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu.

MASA AKHIR
Diriwayatkan bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Alloh ke hadhiratNya. Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Alloh itu, Abu Yazid mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula.

Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat sholat dan mengenakan sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Alloh:

" Ya Alloh, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan seumur hidupku, aku tidak membanggakan sholat yang telah kulakukan sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan Al Qur'an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual khususku yang telah kualami, do'a- do'a yang telah kupanjatkan dan betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku. Engkaupun mengetahui bahwa aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu.
Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepadaMu karena aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmatMu sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah itu tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan.

Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru,'Tangri-Tangri' Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidahku untuk mengucapkan syahadat. Segala sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepadaMu limpahkanlah ampunanMu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhiMu.

Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyebut nama Alloh pada tahun 261 H /874 M.

RAHASIA CEPAT MENJADI MILYARDER BARU DARI INTERNET
MENGALIRKAN UANG KE REKENING BANK ANDA SECARA OTOMATIS
SEGERA KLIK DISINI
INFORMASI PENTING UNTUK PERUBAHAN HIDUP ANDA
MAU DAPAT UANG SETIAP HARI Rp.50.000 S/D Rp.500.000 SETIAP HARI
JIKA ANDA INGIN KIRIM SMS YANG BISA MENDAPATKAN UANG, MESKIPUN SMS YANG ANDA KIRIM ADALAH SMS GRATISAN DARI OPERATOR ANDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar