Rabu, 28 September 2011

KAROMAH HASAN AL-BASHRI



Hasan bin Abil Hasan al-Bashri dilahirkan dikota Madinah pada tahun 21H/642M. Dia adalah putera seorang budak yang ditangkap di Maisan, kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW, Zaid bin Tsabit. Karena dibesarkan di Bashrah ia bisa bertemu dengan banyak sahabat nabi, antara lain seperti yang dikatakan orang dengan tujuh puluh sahabat nabi yang turut dalam perang Badar. Dengan demikian dia adalah tokoh sufi yang masih sempat berguru kepada para sahabat nabi. Karena itu Hasan al-Bashri dikenal sebagai guru besar kaum sufi, petuah-petuahnya dijadikan pegangan atau panutan kaum sufi.


Hasan al-Bashri tumbuh menjadi seorang tokoh diantara tokoh-tokoh yang paling terkemuka pada zamannya, dan dia termasyur karena keshalehannya yang teguh. Di kalangan para sufi ia dimuliakan sebagai salah seorang tokoh sufi yang besar pada masa awal sejarah islam. Memang demikian, dialah yang diakui sebagai Guru Besar Kaum Sufi, karena ia mendapatkan ilmu tentang Tasawwuf atau kesufian langsung dari Hudzaifah Ibnu Yaman salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal akan ketinggian ilmu tasawwufnya.

Hasan al-Bashri meninggal di kota Bashrah pada tahun 110H/728M. Ia adalah seorang orator ulung dan banyak ucapan-ucapannya dikutip oleh penulis-penulis bangsa Arab dan banyak pula surat-suratnya yang masih dapat kita saksikan hingga sekarang.

TAUBATNYA HASAN BASHRI
Pada mulanya Hasan al- Bashri adalah seorang pedagang batu permata dan dia dijuluki sebagai Hasan si Pedagang Mutiara. Hasan al- Bashri menpunyai hubungan dagang dengan Bizantium (Romawi Timur), relasinya cukup banyak terdiri dari berbagai golongan termasuk para Jenderal dan pejabat-pejabat Istana. Pada suatu hari, ketika dia pergi ke Bizantium, Hasan al-Bashri mengunjungi perdana menteri dan mereka berbincang-bincang beberapa saat.
“Jika engkau suka, kita akan pergi kesuatu tempat?” Kata si perdana menteri mengajak Hasan al-Bashri.
“Terserah padamu. Kemana pun aku menurut” Jawab Hasan al-Bashri.
Si menteri memerintahkan agar disediakan seekor kuda untuk Hasan al-Bashri. Tak lama kemudian mereka berangkat beriringan menuju padang pasir.

Sesampainya di tempat tujuan, Hasan al-Bashri melihat sebuah tenda yang terbuat dari brokat Bizantium diikat dengan tali sutera dan dipancang dengan tali emas diatas tanah. Tak berapa lama kemudian muncullah sepasukan tentara perkasa dengan perlengkapan perang yang sempurna. Mereka lalu mengelilingi tenda tersebut, menggumamkan beberapa patah kata dan kemudian pergi. Setelah itu muncullah para filosof dan para cerdik pandai yang jumlahnya sekitar empat ratus orang. Mereka mengelilingi tenda tersebut lalu menggumamkan beberapa patah kata kemudian pergi dari tempat itu. Selanjutnya datang lagi sekitar tiga ratus orang-orang tua yang arif bijaksana dan berjanggut putih. Mereka menghampiri dan mengelilingi tenda itu lalu menggumamkan beberapa patah kata dan berlalu dari tempat itu.

Dan akhirnya datang lebih dari dua ratus gadis-gadis perawan cantik masing-masing mengusung nampan penuh dengan emas, perak dan batu permata. Mereka mengelilingi tenda itu dan menggumamkan beberapa patah kata kemudian meninggalkannya.
“Hasan al-Bashri sangat heran menyaksikan kejadian-kejadian itu dan bertanya pada dirinya sendiri. Apakah arti  semua kejadian itu?”

Ketika meninggalkan tempat itu, Hasan al-Bashri bertanya kepada perdana menteri. Si perdana menteri menjawab bahwa dahulu kaisar mempunyai seorang putera tampan, menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan dan tak terkalahkan dalam arena pertempuran. Kaisar dan seluruh kerajaan sangat sayang pada puteranya itu. Pada suatu hari tanpa terduga-duga sang pangeran jatuh sakit. Semua tabib paling pandai diperintahkan untuk mengobati namun mereka tidak mampu untuk menyembuhkannya. Akhirnya putera mahkota itu meninggal dunia dan dikuburkan di dalam tenda tersebut. Setiap tahun orang-orang datang berziarah ke kuburannya.

Sepasukan tentara yang mula-mula mengelilingi tenda tersebut berkata, “Wahai putera mahkota, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu tersebut terjadi di medan pertempuran, kami semua akan mengorbankan jiwa raga kami untuk menyelamatkanmu. Tetapi malapetaka yang menimpamu ini datangnya dari Dia yang tak sanggup kami perangi dan tak dapat kami tentang.” Setelah berucap seperti itu mereka berlalu dari tempat itu.

Kemudian tibalah giliran para filosof dan cerdik pandai. Mereka berkata, “Malapetaka yang datang kepadamu ini dari Dia yang tidak dapat kami lawan dengan ilmu pengetahuan, filsafat dan tipu muslihat. Karena semua filosof diatas bumi ini tidak dapat menghadapi-Nya dan semua cerdik pandai hanya kumpulan orang-orang dungu dihadapan-Nya. Jika tidak demikian halnya, kami telah berusaha mengajukan dalih-dalih yang tidak dapat dibantah oleh siapapun dialam semesta ini.” Setelah berucap demikian para filosof dan cerdik pandai itu berlalu dari tempat tersebut.

Berikutnya orang-orang tua yang tampil seraya berkata, “Wahai putera mahkota, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu ini dapat dicegah oleh campur tangan orang-orang tua, niscaya kami telah mencegahnya dengan do’a-do’a kami yang rendah ini, dan pastilah kami tidak meninggalkan engkau seorang diri ditempat ini. Tetapi malapetaka yang ditimpakan kepadamu datangnya dari Dia yang sedikit pun tidak dapat dicegah oleh campur tangan manusia-manusia lemah” Setelah kata-kata ini mereka ucapkan mereka pun berlalu dari tempat itu.

Kemudian gadis-gadis cantik dengan nampan-nampan berisi emas dan batu permata datang menghampiri, mengelilingi tenda itu dan berkata, “Wahai putera kaisar, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu ini bisa ditebus dengan kekayaan dan kecantikan, niscaya kami merelakan diri dan harta kami yang banyak ini untuk menebusmu dan tidak kami tinggalkan engkau ditempat ini. Namun malapetaka ini ditimpakan oleh Dia yang tidak dapat dipengaruhi oleh harta kekayaan dan kecantikan.” Setelah berkata demikian, mereka pun meninggalkan tempat itu.

Terakhir kali kaisar beserta perdana menterinya masuk kedalam tenda dan berkata “Wahai biji mata dan pelita hati ayahanda! Wahai buah hati ayahanda! Apakah yang dapat dilakukan oleh ayahanda ini? Ayahanda telah mendatangkan sepasukan tentara yang perkasa, para filosof dan cerdik pandai, para pawang dan penasehat, dara-dara yang cantik jelita, harta benda dan segala macam barang berharga. Dan ayahanda sendiri pun telah datang. Jika semua ini ada faedah atau manfaatnya, maka ayahanda pasti melakukan segala sesuatu yang dapat ayahanda lakukan. Tetapi malapetaka ini telah ditimpakan kepadamu oleh Dia yang tidak dapat dilawan oleh ayahanda beserta segala aparat, pasukan, pengawal, harta benda, dan barang-barang berharga lainnya ini. Semoga engkau mendapatkan kesejahteraan, selamat tinggal sampai tahun yang akan datang” Kata-kata ini diucapkan sang kaisar kemudian ia berlalu dari tempat itu.

Kisah tragis yang disampaikan si perdana menteri kepada Hasan al-Bashri ini sangat menggugah hati Hasan al-Bashri. Ia merasa ngeri, betapa kematian seseorang tidak dapat disangka-sangka, dan tak seseorang pun dapat menolong jika ajal sudah tiba. Hasan al-Bashri merasa ngeri, betapa selama ini dia hanya bergelut dengan harta benda dan permata. Ia tidak mempersiapkan perjalanan abadi sesudah datangnya kematian. Maka ia segera bersiap-siap untuk kembali ke negerinya. Sesampainya di negeri Bashrah Hasan al-Bashri bersumpah tidak akan tertawa lagi di atas dunia ini sebelum mengetahui dengan pasti bagaimana nasib yang akan dihadapinya nanti. ia melakukan segala macam ibadah dan disiplin diri yang tak dapat ditandingi oleh siapapun pada masa hidupnya.

SAMA-SAMA WALI ALLAH
Pada suatu hari, ketika Abu ‘Amr, seorang ahli tafsir terkemuka sedang mengajarkan Al-Qur’an, tidak disangka-sangka datanglah seorang pemuda tampan ikut mendengarkan pembahasannya. Abu ‘Amr terpesona memandang sang pemuda dan secara mendadak lupalah ia akan setiap kata dan huruf dalam Al-Qur’an. Ia sangat menyesal dan gelisah karena perbuatannya itu. Dalam keadaan seperti ini pergilah ia mengunjungi Hasan al-Bashri untuk mengadukan kegelisahan hatinya tersebut.
“Guru” Abu’Amr berkata sambil menangis dengan sedih.
“Begitulah keadaannya, setiap kata dan huruf Al-Qur’an telah hilang dari ingatanku”
Hasan al-Bashri begitu terharu mendengar keadaan Abu ‘Amr.
“Sekarang ini adalah musim haji, pergilah engkau ke tanah suci dan tunaikan ibadah haji. Sesudah itu pergilah ke Masjid Khaif. Disana engkau akan bertemu dengan seorang tua. Jangan engkau langsung menegurnya tetapi tunggulah sampai keasyikannya beribadah selesai. Setelah itu barulah engkau memohonkan agar ia mau berdoa untukmu” Pesan Hasan al-Bashri kepadanya.

Abu ‘Amr menuruti semua nasehat Hasan al-Bashri. Di pojok ruangan Masjid Khaif Abu ‘Amr melihat seorang tua yang patut dimuliakan dan beberapa orang yang duduk mengelilinginya. Beberapa saat kemudian masuklah seorang laki-laki berpakaian putih bersih. Orang-orang itu memberi jalan kepadanya, mengucapkan salam dan setelah itu mereka pun berbincang-bincang dengan dia. Ketika waktu shalat telah tiba, lelaki tersebut meminta diri untuk meninggalkan tempat itu. Tidak berapa lama kemudian yang lainnya pun ikut pergi, sehingga yang tertinggal di tempat itu hanyalah si orang tua tadi.

Abu ‘Amr menghampirinya dan mengucapkan salam.
“Dengan nama Allah SWT, tolonglah diriku ini” Abu ‘Amr berkata sambil menangis. Kemudian menerangkan permasalahan yang menimpa dirinya. Si orang tua tersebut sangat prihatin mendengar penuturan Abu ‘Amr tersebut, lalu orang tua tersebut menengadahkan kepala dan berdoa. Belum lagi ia merendahkan kepalanya, Abu ‘Amr mengisahkan, “Semua kata dan huruf Al-Quran telah dapat kuingat kembali.” Dan kemudian aku bersujud didepannya karena begitu syukurnya.

“Siapakah yang telah menyuruhmu untuk menghadap kepadaku?” Orang tua itu bertanya kepada Abu ‘Amr.
“Hasan al-Bashri dari Bashrah” Jawab Abu ‘Amr singkat.
“Jika seseorang telah mempunyai imam seperti Hasan al-Bashri, mengapa ia memerlukan imam yang lain? Tapi baiklah, Hasan al-Bashri telah menunjukkan siapa diriku ini dan kini akan kutunjukkan siapakah dia sebenarnya. Ia telah membuka selubung diriku dan kini kubuka pula selubung dirinya. Tahukah kamu, lelaki yang berjubah putih tadi, yang datang kesini setelah shalat Ashar, dan yang terlebih dahulu meninggalkan tempat ini serta dihormati orang-orang lain tadi, dia adalah Hasan al-Bashri. Setiap hari setelah shalat Ashar di Bashrah ia berkunjung kesini dan berbincang-bincang bersamaku, dan kembali lagi ke Bashrah untuk shalat Maghrib disana. Jika seseorang telah mempunyai imam seperti Hasan al-Bashri, mengapa ia masih merasa perlu memohonkan doa dari diriku ini.” Papar lelaki tua itu panjang lebar.

Demikianlah, Hasan al-Bashri seorang sufi yang telah mencapai tataran tingkat tinggi, orang-orang mengakuinya sebagai seorang wali yang keramat dan berkaromah tinggi. Bagaimana tidak, jarak antara Mekkah dan Bashrah (Irak) cukup jauh, tetapi ia dengan mudah datang setiap waktu shalat Ashar dan kembali lagi ke Bashrah sebelum waktu Maghrib datang.


SURAT JAMINAN KE SURGA BUAT SIMEON TETANGGANYA
Hasan al-Bashri mempunyai tetangga yang bernama Simeon, seorang penyembah api. Suatu hari Simeon jatuh sakit dan ajalnya segera tiba. Sahabat-sahabat meminta agar Hasan al-Bashri sudi mengunjunginya. Akhirnya Hasan al-Bashri pun pergi ke rumah Simeon yang sedang terbaring lemah diatas tempat tidur dan badannya telah kelam karena api dan asap. Bukan main akhlak para sufi zaman dahulu, ia yang beragama Islam ternyata mau berbaik-baikan dengan tetangganya yang menyembah api.
“Takutlah kepada Allah SWT” Kata Hasan al-Bashri setelah duduk dekat pembaringan Simeon, “Engkau telah menyia-nyiakan seluruh usiamu ditengah-tengah api dan asap.”
Ada tiga hal yang mencegahku untuk menjadi seorang muslim, yang pertama adalah kenyataan bahwa walaupun kalian membenci keduniawian, tapi siang dan malam kalian mengejar harta kekayaan. Yang kedua, kalian mengatakan bahwa mati adalah suatu kenyataan yang harus dihadapi, namun kalian tidak bersiap-siap untuk menghadapinya. Yang ketiga, kalian mengatakan bahwa wajah Allah SWT akan terlihat, namun hingga saat ini kalian melakukan segala sesuatu yang tidak diridhoi-Nya. ” Jawab Simeon si penyembah api.

“Inilah ucapan dari manusia-manusia yang sungguh-sungguh mengetahui, jika orang-orang muslim berbuat seperti yang engkau katakan, apa pulakah yang hendak engkau katakan? Mereka mengakui keesaan Allah SWT sedangkan engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, dan aku tak pernah berbuat seperti itu. Jika kita sama-sama terseret kedalam neraka, api neraka akan membakar dirimu dan diriku tetapi jika diizinkan Allah SWT, api tidak akan berani menghanguskan sehelai rambut pun pada tubuhku. Hal ini adalah karena api diciptakan Allah SWT dan segala ciptaan-Nya tunduk kepada perintah-Nya. Walaupun engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, marilah kita bersama-sama menaruh tangan kita kedalam api agar engkau dapat menyaksikan sendiri betapa api itu sesungguhnya tak berdaya dan betapa Allah SWT itu Maha Kuasa” Jawab Hasan al-Bashri.

Setelah berkata demikian Hasan al-Bashri memasukkan tangannya ke dalam api. Namun sedikit pun dia tidak cedera atau terbakar. Menyaksikan hal ini Simeon terheran-heran. Hidayah Allah SWT mulai terlihat olehnya.

“Selama tujuh puluh tahun aku telah menyembah api, kini hanya dengan satu atau dua helaan nafas saja yang tersisa, apakah yang harus aku lakukan?” Keluh Simeon.
“Jadilah seorang muslim” Jawab Hasan al-Bashri.
“Jika engkau memberiku jaminan tertulis bahwa Allah SWT tidak akan menghukum diriku, barulah aku menjadi muslim. Tanpa jaminan itu aku tidak sudi memeluk agama Islam” Kata Simeon.
Hasan al-Bashri segera membuat sebuah surat jaminan.
“Kini susullah orang-orang yang jujur di kota Bashrah untuk memberikan kesaksian mereka diatas surat jaminan tersebut” Kata Hasan al-Bashri.

Simeon mencucurkan air mata dan menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Kepada Hasan al-Bashri ia sampaikan wasiatnya yang terakhir. “Setelah aku mati, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, kuburkanlah aku dan selipkanlah surat jaminan ini ditanganku. Surat ini akan menjadi bukti bahwa aku adalah seorang muslim.”

Setelah berwasiat demikian dia mengucap dua kalimat Syahadat dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Hasan al-Bashri memandikan mayat Simeon, menshalatkan dan menguburkannya dengan sebuah surat jaminan di tangannya.

Malam harinya Hasan al-Bashri pergi tidur sambil merenungi apa yang telah dilakukannya itu terhadap Simeon. “ Bagaimana aku dapat menolong seseorang yang sedang tenggelam, sedang aku sendiri dalam keadaan yang serupa. Aku sendiri tidak dapat menentukan nasibku, tetapi mengapa aku berani memastikan apa yang akan dilakukan oleh Allah SWT? ”
Dengan pikiran-pikiran seperti inilah Hasan al-Bashri terlena dalam tidur. Ia bermimpi bertemu dengan Simeon, wajah Simeon cerah dan bercahaya seperti sebuah pelita. Di kepalanya terlihat sebuah mahkota, dia mengenakan sebuah jubah yang indah dan sedang berjalan-jalan ditaman surgawi.

“Bagaimana keadaanmu Simeon?” Tanya Hasan al-Bashri kepadanya.
“Mengapa engkau bertanya padahal engkau menyaksikan sendiri? Allah SWT maha Besar dengan segala kemurahan-Nya telah menghampirkan diriku kepada-Nya dan telah memperlihatkan wajah-Nya kepadaku. Karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadaku melebihi segala-galanya. Engkau telah memberiku sebuah surat jaminan, terimalah kembali surat jaminan ini, karena aku tidak membutuhkannya lagi” Jawab Simeon.

Ketika Hasan al-Bashri terbangun dia mendapatkan surat jaminan itu telah berada ditangannya. “ Ya Allah SWT ”, Hasan al-Bashri berseru, “Aku menyadari bahwa segala sesuatu yang Engkau lakukan adalah tanpa sebab kecuali karena kemurahan-Mu semata. Siapakah yang akan tersesat di pintu-Mu? Engkau telah mengizinkan seseorang yang telah menyembah api selama tujuh puluh tahun lamanya untuk menghampiri-Mu, semata-mata karena sebuah ucapan. Betapakah Engkau akan menolak seseorang yang telah beriman selama tujuh puluh tahun. ”

Demikianlah sekelumit karomah Hasan al-Bashri sehingga dia di juluki sebagai guru besar kaum sufi yang penulis kutipkan dari beberapa sumber terpilih sebagai bahan renungan dan pembelajaran untuk kita agar kita lebih dekat dan bertakwa kepada Allah SWT.

RAHASIA CEPAT MENJADI MILYARDER BARU DARI INTERNET
MENGALIRKAN UANG KE REKENING BANK ANDA SECARA OTOMATIS
SEGERA KLIK DISINI
INFORMASI PENTING UNTUK PERUBAHAN HIDUP ANDA
MAU DAPAT UANG SETIAP HARI Rp.50.000 S/D Rp.500.000 SETIAP HARI
JIKA ANDA INGIN KIRIM SMS YANG BISA MENDAPATKAN UANG, MESKIPUN SMS YANG ANDA KIRIM ADALAH SMS GRATISAN DARI OPERATOR ANDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar