Selasa, 11 Oktober 2011

MATEMATIKA BILANGAN PRIMA DAN AL QURAN


Bukan suatu keanehan bila sebagian besar ilmuwan ber­pendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dengan kode-kode tertentu dan struktur bilangan tertentu. Alam sendiri mcngajarkan kepada manusia tentang adanya periode-periode tertentu yang selalu berulang, terstruktur dan sistematis, misalnya, orbit Bulan, Bumi dan planet-planet, lapisan bumi dan atmosfer, dan elemen kimia dengan segala karakteristiknya.


“(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (az-Zumar 39: 9).

Kitab Mulia al-Qur'an mengajarkan pembacanya bahwa "Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti (al-Jinn 72: 28). Bahkan jumlah manusia yang akan datang menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah, selaku seorang hamba pada hari yang telah dijanjikan (telah) ditetapkan dengan hitungan yang teliti (Maryam 19 : 93-94).

Dalam pandangan al-Qur'an, tidak ada peristiwa yang ter­jadi secara kebetulan. Semua terjadi dengan "hitungan", baik dengan hukum-hukum alam yang telah dikenal manusia maupun yang belum. Bagi Muslim yang beriman, tidak ada bedanya apakah al-Qur'an diciptakan dengan "hitungan" atau tidak, mereka tetap percaya bahwa kitab yang mulia ini berasal dari Tuhan Yang Esa. Pencipta (banyak) alam semesta, yang mendidik dan memelihara manusia. Namun bagi sebagian il­muwan, terutama yang Muslim, yang percaya bahwa adanya kodetifikasi alam semesta, baik kitab suci, manusia maupun objek di langit, adalah suatu "kepuasan tersendiri" jika dapat menemukan hubungan-hubungan tersebut. Al-Qur'an adalah salah satu mahakarya yang diturunkan dari langit, untuk pedoman umat manusia, berlaku hingga alam semesta kiamat. Ia menggambarkan masa lalu, sekarang dan masa depan de­ngan cara yang menakjubkan. Prof. Palmer seorang ahli kelautan di Amerika Serikat mengatakan "Ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis didalam al-Qur'an beberapa tahun yang lalu".

Walaupun begitu, tidak semua orang dapat memperoleh hikmah. Bagaimana bisa memahami keindahan al­-Qur'an tanpa mengetahui ilmunya? Contoh yang paling sederhana adalah ayat 68-69 Surat Lebah atau an-Nahl, yang menceritakan aktivitas lebah "mendirikan sarang dan mencari makan".

Ayat tersebut menggunakan bentuk kata kerja femina, ka­rena memang yang mencari makan dan membuat sarang adalah lebah betina. Lebah jantan diberi makan oleh lebah betina, bukan sebaliknya. Jangankan masyarakat di abad ke-7, ma­syarakat di abad ke-21 pun tidak tahu bagaimana cara membedakan lebah jantan dan lebah betina. Terlebih, memahami bahwa lebah betinalah yang mencari makan, bukan sebaliknya. Jika Surat an-Nahl merefleksikan lebah betina dengan bentuk kata kerja femina. Lebah jantan digambarkan oleh al-Qur'an pada nomor suratnya, yaitu bilangan 16. Bilangan 16 ini adalah banyaknya kromosom lebah jantan, sedangkan jumlah kro­mosom lebah betina diketahui berjumlah 32. Teknik-teknik seperti inilah yang disebut ilmuwan dengan kode-kode isyarat-isyarat alam semesta.

"Hanya orang-orang yang berakal sajalah yang dapat menerima pelajaran".  (az-Zumar 39: 9).

Kajian ini tidak ditulis untuk membahas ilmu pengetahuan dalam al-Qur'an, tetapi tentang Kitab Mulia al-Qur'an dan ko­detifikasi bilangan prima. Bilangan prima ini dipercaya oleh sebagian besar ilmuwan sebagai bahasa universal dan berhu­bungan dengan desain kosmos. Bagi sebagian kecil ilmuwan Muslim, mereka tidak akan heran bila menemukan dalam al­Qur'an, ratusan struktur matematik dalam bilangan prima, khususnya prima kembar, karena sebelumnya memang telah menduga hal tersebut. Bahkan sebagian besar mufasir modern percaya bahwa al-Qur'an memuat hal-hal yang mengantisipasi masa depan, "ramalan-ramalan ilmiah"  yang menyangkut generasi mendatang . 

Bilangan prima adalah dasar dari matematika, termasuk salah satu misteri alam semesta. Tidak pernah terbayangkan oleh manusia sebelumnya, sampai ditemukan bahwa bilangan prima juga merupakan dasar dari kehidupan alam, yang de­ngan usaha keras ingin dijelaskan oleh ilmu ini dalam sains. Pandangan orang umumnya mengatakan bahwa matematika hanyalah penemuan manusia biasa. Sebaliknya, beberapa pemikir masa lalu seperti Pythagoras, Plato, Cusanus, Kepler, Leibnitz, Newton, termasuk para revolusioner abad ke-20, Planck, Einstein dan Sommerffeld yakin bahwa keberadaan angka dan bentuk geometris merupakan konsep alam semesta dan konsep yang bebas (independent). Galileo sendiri berang­gapan bahwa matematika adalah bahasa Tuhan ketika menulis alam semesta.

Salah satu teka-teki lama yang belum sepenuhnya terpe­cahkan adalah bilangan prima. Bilangan prima adalah bilangan yang hanya dapat habis dibagi oleh bilangan itu sendiri dan angka 1. Angka 12 bukan merupakan bilangan prima, karena dapat habis dibagi oleh angka lainnya 2, 3, dan 4. Bilangan prima adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, .... dan seterusnya. Banyak bilangan prima tidak terhingga. Tidak peduli berapa banyak kita meng­hitung, pasti kita akan menemukan bilangan prima, walaupun mungkin makin jarang. Hal ini menjadi teka-teki kita, jika kita ingat bilangan ini tidak dapat dibagi oleh angka lainnya. Salah satu hal yang menakjubkan, dalam era komputer kita memberi­kan kodetifikasi semua hal yang penting dan rahasia, di bank, asuransi, dan perhitungan-perhitungan peluru kendali, security system dengan enkripsi, dalam angka jutaan bilangan-bilangan yang tidak habis dibagi oleh angka lainnya. Ini diperlukan ka­rena dengan penggunaan angka lain, kodetifikasi tadi dapat dengan mudah ditembus. Fenomena inilah yang ditemukan il­muwan dari Duesseldorf (Dr. Plichta), sehubungan dengan pen­ciptaan alam, yaitu distribusi misterius bilangan prima.
Para ilmuwan sudah lama percaya bahwa bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh semua makhluk (spesies) berintelegensia tinggi, sebagai komunikasi dasar antar mereka. Bahasa ini penuh misteri karena berhubung­an dengan perencanaan universal kosmos.

Struktur Ayat dan Kata 
Struktur kodetifikasi, enkripsi, bukan saja di tingkat surat dan ayat, tetapi juga sampai tingkatan ayat, kata-kata, dan huruf. Al-Qur'an menyajikan puluhan, bahkan ratusan, struktur yang sangat bervariasi dari berbagai tingkatan. Namun semua­nya tidak lepas dari bilangan prima dan prima kembar seperti 29 dan 31.

Kalimat Basmallah
Setiap surat berisikan sejumlah ayat yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai ayah atau "tanda kekuasaan Allah". Secara struktur, ia berhubungan dengan 29 surat berinisial dengan bentuk (10 + 19). Kalimat ini dikenal pula dengan kalimat basmallah. Ia mempunyai 4 kata dan 19 huruf Arab yang tersusun secara sistematis, dan artinya adalah "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.". Bilangan disusun selain berhubungan dengan angka 19 juga berhubungan dengan angka bilangan prima 29.

Sejak awal, dalam kalimat basmallah, kata bismi ditulis tanpa huruf alif sebagaimana halnya pada kata yang sama pada awal Surat al-A'la (Iqra'), menurut al-Qurtubi (w. 671 H), atas dasar alasan praktis. Namun az-Zarkasyi (w. 794 H) mengatakan bahwa tata cara penulisan al-Qur'an mempunyai rahasia-rahasia tertentu. Pendapat tersebut memang benar, sebab bila ditulis dengan huruf alif, kalimat basmallah menjadi 20 huruf, bukan 19 huruf. Kalau ditulis dengan 19 huruf, maka akan sama de­ngan banyaknya dengan huruf pada hauqalah: La haula wa la quwwata illa billah atau "Tiada daya untuk memperoleh manfaat dan tiada daya untuk menolak kesulitan kecuali dengan bantuan Allah".

Di bawah ini ringkasan kalimat basmallah yang diatur berdasarkan kata dan huruf Arab. Perlu diketahui, berdasarkan perbedaan dialek, bisa saja kalimat ini terdiri lebih dari 19 huruf sebagaimana pendapat sebagian kecil Muslim yang tidak menggunakan mushaf Utsmani.

Jumlah nomor kata adalah 1 + 2 + 3 + 4 = 10, sedangkan jumlah huruf 19! Jumlah total, nomor kata dan huruf adalah (10 + 19) = 29. Bilangan prima ke-10 adalah 29. Strukturnya istimewa apabila kita susun angka-angka nomor kata dan jumah huruf per kata, akan kita dapatkan bilangan 13243646.

KALIMAT BASMA
LLAH DENGAN STRUKTUR 29 DAN 19
Jumlah  No
Arab
Indonesia
Jumlah Huruf
1
Bism
Dengan nama
3
2
Allah
Allah
4
3
AI-Rahman
Yang Maha Pengasih
6
4
AI-Rahlm
Maha Penyayang
6
10
Total
Total
19

Perhatikan! Angka 1 adalah nomor kata dan angka 3 adalah jumlah huruf kata pertama, seterusnya angka 2 adalah nomor kata, dan 4 adalah jumlah huruf kata kedua, demikian sete­rusnya. Perhatikan berikutnya :
1 3 2 4 3 6 4 6 = 19 x 697034 = 19 x 19 x 36686 dan, ....
1+3+2+4+3+6+4+6 = 6+9+7+0+3+4= 3+6+6+8+6= 29 !

Pertanyaannya, berapa besar kemungkinan suatu kalimat, yang jumlah nomor kata dan hurufnya 29 merupakan kelipatan 19, dengan jumlah bilangan hasil baginya juga 29? Kecil sekali, hampir tidak ada. Dengan demikian, bisa dipahami bila al­Qut'an dalam pengajarannya menantang manusia dan jin untuk membuat satu ayat yang menyerupainya. Bukan saja dari sisi bahasa, arti, dan maknanya, tetapi juga dari komposisi matematisnya.

Kalimat basmallah dalam al-Qur'an berjumlah 114 atau (6 x 19). Tiap surat memuat kalimat pembuka basmallah, kecuali Surat at-Taubah nomor 9. Surat ini tidak memiliki kalimat pembuka basmallah! Tetapi dalam surat ke-27, Surat an-Naml, yang artinya semut, terdapat dua kalimat basmallah, satu lagi di ayat nomor 30. Perhatikan, jumlah surat dari 9 ke nomor 27 adalah 19 surat. Lebih lanjut, bila angka 9 dijumlah sampai dengan angka 27, kita dapatkan:

9+10+11+12+13+14+15+....+27=342; atau (19 x 18)

Surat at-Taubah, surat khusus yaitu satu-satunya surat yang tidak mempunyai kalimat basmallah, bernomor 9. Kita lihat: jumlah 3 + 4 + 2 = 9, sama dengan jumlah (1 + 8).

Sisi lain, kalimat pembuka surat basrnallah hanya berjumlah 113. Angka ini merupakan bilangan prima ke-30.

Surat yang Ke-19
Surat Maryam, atau surat yang ke-19 dalam mushaf, diturunkan ketika sahabat-sahabat Nabi akan hijrah dari Mekkah dan tinggal di negeri Kristen (Nasrani), di Habash (Ethiopia).  Walaupun kaum Quraisy yang kafir berusaha membujuk Raja Negus untuk mengusir kaum Muslim imigran, tetapi akhirnya setelah bertanya pendapat Muslim tentang Yesus di dalam sebuah sidang pengadilan, rombongan Muslim diperbolehkan tinggal di kerajaan Kristen tersebut. Menurut hadis, Hazrat Ja'far, salah satu anggota rombongan mengutip ayat-­ayat yang menceritakan tentang Yesus (Isa as) dan perawan suci Maryam kepada Raja Negus. Sehingga Negus menitikkan air matanya terharu. Pembaca tentunya dapat membayangkan, bagaimana para sahabat Nabi di Habash dapat merespons pertanyaan Raja Negus dengan baik bila mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Yesus. Akibatnya mungkin akan berbeda, mereka akan diusir dari negeri itu atas hasutan kaum Quraisy yang kafir, jika mereka tidak menceritakan tentang Yesus. Surat ini dipandang istimewa selain diturunkan sebelum kejadian itu (tinggal di negeri Kristen), tetapi juga ditempatkan sebagai surat yang ke-19.
 
Sebelumnya Nabi Muhammad SAW, disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy, menganjurkan para sahabat pergi ke Habash, tempat di mana terdapat Raja yang adil, yang tidak membiarkan ketidakadilan di tanah negerinya. Anjuran Nabi, rombongan Muslim boleh tinggal di sana dengan seizin Raja Negus sampai masalah di Mekkah dapat diatasi.

Nabi Adam AS dan Nabi Isa AS (Yesus)
Hasil studi oleh para mufasir, misalnya Abderrazaq Abbaouy dari Noon Centre, adalah bahwa surat ke-19 ini merupakan surat di mana kata Adam dan Isa (Yesus) bertemu dalam bentuk kata yang ke-19 di dalam al-Qur'an. Fakta sederhana ini dimulai ketika Surat Ali 'Imran ayat 59 mengatakan,

"Sesungguhnya misal (penciptann) 'Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: ' Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah dia."

Fakta fisik, Adam as dan Isa as sama-sama diciptakan tanpa proses reproduksi normal, dan sama-sama berstatus nabi. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa ternyata kata Adam dan Isa sama-sama 25 kali disebut di dalam al-Qur'an. Kedua-duanya tersusun secara matematis dan berkaitan dengan bilangan prima. Keduanya bertemu baik dalam ayat maupun surat pada posisi kata ke-7 dan ke-19,

Besi, Surat ke-57
Memang aneh, tampaknya, dalam pelajaran teologi, nama salah satu elemen kimia dalam tabel periodik, yaitu besi (Fe = ferrum) bisa menjadi salah satu judul surat dalam kitab suci agama. Tetapi itulah al-Qur'an. Sehingga muncul pertanyaan bagi orang awam tentunya, karakter apa yang menarik pada surat ini? Lalu, mengapa besi dijadikan salah satu nama surat dalam al-Qur'an? Bukankah emas, misalnya, lebih berharga?

Surat ini turun di antara masa Perang Uhud, pada awal terbentuknya Negara Islam di Madinah. Oleh karena itu, bisa dipahami jika cukup banyak ayat yang memerintahkan pembaca untuk menafkahkan harta bagi kepentingan umum. Nama surat terambil dari kalimat wa anzalnal-hadida, ayat 25. Ayat seperti ini, menurut pandangan Malik Ben Nabi, laksana "kilauan anak panah" yang menarik perhatian bagi kaum ber­akal; yang diselipkan di antara pelajaran-pelajaran yang menyangkut ketuhanan.
 
" Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan/turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa." (al-Hadid57:25).

 
Karakter pertama yang menarik perhatian adalah banyak penafsir menghindari terjemahan wa ansalnal-hadida dengan "Kami ciptakan besi", padahal secara intrinksik seharusnya. "Kami turunkan besi", sebagaimana terjemahan "Kami turun­kan bersama mereka al-Kitab dan mizan (keadilan, keseimbangan, keselarasan, kesepadanan)". Mengapa demikian? Karena dalam bayangan mufasir klasik, bagaimana caranya besi diturunkan dari langit? Apakah dijatuhkan begitu saja?
 
Namun seiring dengan perkembangan waktu, pengetahuan manusia bertambah. Ilmuwan seperti Profesor Armstrong dari NASA atau Mohamed Asadi berpandangan bahwa "memang besi diturunkan dari langit". Sains memberikan informasi kepada kita bahwa besi termasuk logam berat tidak dapat dihasilkan oleh bumi sendiri.

Energi sistem tata surya kita tidak cukup untuk memproduksi elemen besi. Perkiraan paling baik, energi yang dibutuhkan adalah empat kali energi sistem matahari kita, dengan demikian besi hanya dapat dihasilkan oleh suatu bintang yang jauh lebih besar daripada matahari, dengan suhu ratusan juta derajat Celsius. Kemudian meledak dahsyat sebagai nova atau supernova, dan hasilnya menyebar di angkasa sebagai meteorit yang mengandung besi, melayang di angkasa sampai tertarik oleh gravitasi bumi, di awal terbentuknya bumi miliaran tahun yang lalu.

Karakter kedua, ketika menjelaskan besi "memberikan kekuatan yang hebat" barangkali kita membayangkan sen­jata pemusnah sekelas Intercontinental Ballistic Missile (peluru kendali antar benua) atau senjata pemusnah massal seperti senjata kimia. Tapi bukan hanya itu. Nikmat yang paling besar yang diberikan Tuhan kepada umat manusia adalah "desain bumi". Bumi dan isinya dilindungi Sabuk Van Allen yang membungkus bumi seolah-olah perisai berbentuk medan elektromagnetik berenergi tinggi. Perisai dengan "ke­kuatan hebat" ini tidak dimiliki oleh planet-planet lain.
 
Sabuk radiasi yang membentuk energi tinggi, terdiri dari proton dan elektron, mengelilingi ribuan kilometer di atas bumi, diberi nama Sabuk Van Allen. Sabuk ini melindungi bumi dan isinya dari ledakan dahsyat energi matahari yang terjadi setiap 11 tahun sekali yang disebut solar flares.Ledakan dahsyat ini bila tidak ditahan di angkasa dapat meluluh-lantakkan semua kehidupan di bumi, dengan kekuatan setara 100 juta bom atom Hiroshima. Perlindungan juga didapatkan dari serangan badai kosmis yang membahayakan umat manusia. Bagaimana sabuk perisai ini terbentuk? Sabuk ini terbentuk dari inti bumi yang besar, yaitu terdiri dari besi dan nikel. Keduanya membentuk medan magnet yang besar, yang tidak dimiliki oleh planet lain, kecuali planet Merkurius, dengan radiasi yang lebih lemah.

Barangkali kita sekarang paham mengapa besi menempati salah satu judul surat di dalam al-Qur'an. Inti besi dan nikel "melindungi makhluk bumi" berupa perisai elektromagnetik dengan "kekuatan yang hebat". Namun yang terpenting, al­Qur'an ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa besi tidak dapat diproduksi di bumi. Oleh karena itu, ia langsung ditu­runkan dari langit untuk dimanfaatkan oleh manusia sesuai dengan ayat 25.

Harap pembaca juga memperhatikan kodetifikasi di alam raya, solar flares terjadi 11 tahun sekali. Metonic cycle 19 tahun sekali, komet Halley rata-rata 76 tahun sekali mendekati bumi, penyesuaian Kalender Lunar mengikuti siklus 11 tahun dan 19 tahun.

Elemen Berat Besi, Fe-57
Karakter ketiga berhubungan dengan elemen kimia dalam tabel periodik. Kita tidak mungkin menafsirkan Surat Besi tanpa "membedah" elemen kimia besi berikut karakterisistiknya, yang berhubungan dengan kata al- hadid. Tanpa mengenal sifat­-sifat besi, pembaca tidak akan mengetahui "keindahan" Surat Besi ini, yang diletakkan pada nomor 57.

Besi, menurut Peter Van Krogt ahli elementimologi, telah lama digunakan sejak zaman prasejarah, 7 generasi sejak Adam as. Besi adalah salah satu elemen berat, dengan simbol Fe, atau ferrum, yang berarti "elemen suci" dari kata Iren (Anglo-Saxon). Diberi nama ferrum, ketika pemerintahan Romawi, kaisar Roma yang bernama Marcus Aurelius dan Commodus menghubung­kan dengan mitos Planet Mars. Ilmu kimia modern mengatakan bahwa besi atau Fe ini mempunyai 8 isotop, di mana hanya 4 isotop saja yang stabil, yaitu dengan simbol Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58

Shalat
Shalat dalam pengertian bahasa adalah doa, dan doa, menurut Nabi, seperti diriwayatkan oleh Turmudzi, adalah inti ibadah. Dalam al-Qur'an, perintah shalat (melaksanakan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam) selalu didahului oleh kata aqim atau aqimu. Kata aqima biasa diterjemahkan "mendirikan" . Terjemahan ini sebenarnya kurang tepat. Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya, aqimu terambil dari kata qama yang berarti "berdiri". Tetapi kata itu lebih tepat jika diartikan "bersinambung dan sempurna". Mak­nanya, melaksanakan dengan baik, khusyu' dan bersinambung sesuai dengan syarat-syaratnya. Sedangkan kata shatat sendiri mempunyai tiga makna. Pertama, berarti curahan rahmat bila pelakunya adalah Allah. Kedua, berarti permohonan ampunan bila pelakunya adalah para malaikat. Ketiga, berarti doa bila pelakunya adalah makhluk, seperti manusia.

Shalat disebutkan, dengan berbagai macam derivasi (kata turunan)-nya, sebanyak 99 kali dalam al-Qur'an. Ini mengingat­kan kita pada banyaknya asmaul husna atau nama-nama indah Tuhan. Kata shalnt sendiri terulang sebanyak 67 kali, suatu bi­langan prima, dengan indeks ke-19.
 
Shalat telah lama diperkenalkan sejak zaman nabi-nabi sebelum Muhammad saw dengan cara masing-masing. Dalam al-Qur'an tercatat, pertama kali permintaan untuk "mendirikan shalat" yaitu ketika Nabi Ibrahim as berdoa. la tidak meminta kekayaan dan kesehatan, tetapi sesuatu yang lain.
 
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku". (Ibrahim 14 : 40).

Dalam al-Qur'an, konfirmasi kewajiban shalat lima kali sehari tercatat seperti dalam surat-surat berikut: subuh (an-Nur [24]: 58); subuh, zhuhur dan isya' (al-Isra' 17 : 78); ashar (al­Baqarah 2 : 238); maghrib (Hud 11 : 114); isya' (an-Nur 24 : 58). Sedangkan kewajiban shalat Jum'at bagi orang-orang ber­iman dicatat dalam Surat al-Jumu'ah ayat 9.
Kodetifikasi Bilangan Prima dalam Shalat
Konfirmasi struktur bilangan prima dalam shalat diketahui melalui berbagai cara dan metode yang tidak lepas dari struktur utama al-Qur'an yang diketahui sebelumnya:

1.    Angka 5 (kewajiban shalat dalam satu hari) dan 17 (jumlah rakaat) adalah bilangan prima. Angka 17 adalah bilangan prima kembar, pasangan bilangan 19.

2.    Digit tiap rakaat sembahyang merupakan cerminan kodeti­fikasi angka 19, dengan jumlah tetap 17, dimulai dari awal yaitu subuh. Shalat adalah komunikasi langsung dan privat dari manu­sia dan jin kepada Rabbi, "berkesinambungani" atau aqimu, dengan cara yang benar.
3.    Kata shalat yang ke-19 dari 99 kali penyebutan, diletakkan dalam urutan surat dan ayat yang ke-17. Surat al-Maidah ayat 103, menyebutkan 3 kata shalat, untuk yang ke-18,19, dan 20.
 
Sulit kita mengatakan bahwa al-Qur'an dibuat oleh ma­syarakat pada abad ke-7, apalagi oleh Nabi Muhammad SAW, yang tidak dapat membaca dan menulis, bahkan oleh manusia abad kini atau jin sekalipun. Isinya sarat dengan makna. Tiap surat dan ayat ditempatkan dengan "kodetifikasi" tertentu. Struktur­nya matematis dan mengikuti kodetifikasi bilangan prima, khu­susnya bilangan prima kembar. Al-Qur'an berpandangan bah­wa tidak ada kejadian atau objek di alam semesta yang terjadi secara "kebetulan", segala "sesuatu berdasarkan hitungan yang teliti", al-'adad. Struktur al-Qur'an meliputi hal yang paling se­derhana sampai hal yang rumit. Kita dapat membayangkan, struktur dan makna bagaimana lagi yang ditemukan oleh para pembaca di masa mendatang, misalnya masyarakat abad ke­25? Hal ini mudah saja, karena kalau kita berbicara 30 atau 50 tahun yang lalu, kita tidak mungkin membahas hubungan umur alam semesta, bilangan prima, atau keajaiban Surat Besi sebagai salah satu unsur kimia dengan isotop stabil Fe-57.

Bilangan prima adalah bilangan yang dipakai sebagai ko­munikasi universal di alam semesta. Frank Drake telah membuktikannya sejak tahun 1961 dengan kriptogram yang diben­tuk dengan bilangan prima 31 dan 41 untuk komunikasi inter­stellar, dan kodetifikasi sinyal-sinyal yang datang dari ETI­angkasa luar. Demikian juga, bukan suatu kebetulan jika al­-Qur'an terstruktur dengan bilangan prima secara sistematis: bilangan 19, 11, 29, 31, dan 41. Sedangkan shalat dikodekan dengan bilangan prima 5 dan 17. Bahkan "perjalanan ma­lam Nabi" ditempatkan dalam surat nomor 17, al-Isra'. Bilangan 7 dikodekan untuk "lapisan langit (hyperspace) dan bumi". "Tempat tertinggi" atau al-A'raf ditempatkan pada surat nomor 7. Bagian paling menarik adalah bilangan prima kembar, yang mengapit "pola kelipatan 6", hexagonal system yang ditunjukkan oleh Laba-laba, surat "penengah" pada surat no­mor 29 ayat 41, al-'Ankabut. Walaupun begitu, semuanya meng­arah pada bilangan 19, sebagaimana al-Qur'an mengindika­sikannya pada al-Muddatstsir ayat 30.

Konfirmasi keaslian al-Qur,an ditunjukkan dengan bantuan Hukum Benford, di mana digit ayat-ayatnya yang dipetakan dalam 114 surat, di-enkripsi dengan bilangan 19. Enkripsi juga ditunjukkan dengan pembagian surat yang simetris, antara surat yang homogen dan heterogen semuanya merujuk kepada jumlah nomor surat (6555) dan jumlah ayat al-Qur'an (6236). Pembagian ke-114 surat al-Qur'an juga unik. Terbagi antara 29 surat yang ditandai dengan ayat-ayat berhuruf fawatih, dan 85 surat sisanya. Dalam 114 surat al-Qur'an hanya-tidak lebih dan kurang-ditemukan 19 surat yang membentuk bilangan prima, nomor surat dan ayatnya. Sedangkan di antara 29 surat fawatih, di-enkripsi dengan 19 surat-huruf fawatih sebagai ayat tersendiri. Dengan demikian, pesan yang dibaca oleh kita ber­dasarkan struktur tadi surat, ayat, baik jumlah maupun letaknya, tidak dapat dipertukarkan. Bahkan judul surat pun di­enkripsi dengan bilangan 19, yang dikodekan pada huruf qaf.

Pada mulanya, Tuhan Pencipta alam semesta, memperkenalkan diri-Nya dengan kata Rabbika. Baru pada Su­rat al-Ikhlash, wahyu ke-19, diperkenalkan kata Allah. Wahyu pertama adalah 5 ayat pertama Surat al-'Alaq, terdiri dari 19 kata dan (19 x 4) huruf. Ditutup wahyu terakhir Surat an-Nashr, terdiri dari 19 kata juga, dengan ayat pertama terdiri dari 19 huruf. Tuhan yang mengajarkan, mendidik, dan memelihara manusia, memilih nabi-nabi di seluruh penjuru bumi di segala zaman untuk mendidik dan memberi contoh kepada masing­masing umat dan kaum supaya beriman, lebih beradab, dan berbuat kebajikan. Dalam upaya komunikasi langsung dan privat, manusia dan jin diwajibkan shalat.

Kita dapat berpikir bahwa al-Qur'an bukan saja kitab pe­doman bagi umat manusia tetapi juga mukjizat abadi yang nyata diturunkan dari langit. Maha karya Yang Tertinggi di alam semesta, catatan dan rekaman yang disusun dengan state of the arts, sempurna tiada bandingannya. Kita juga bisa berpikir, apa lagi yang dapat ditemukan oleh para pembaca di abad ke-25, misalnya, masyarakat abad mendatang? Karena ilmu dari Rabbi yang diturunkan melalui Rasul tidak akan habis "dicerna" oleh pengetahuan manusia dan jin di seluruh zaman.

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memiliki dan memelihara (banyak) alam semesta (al-Fatihah, 1:2)
(disarikan  dari  sumber  terpilih).

RAHASIA CEPAT MENJADI MILYARDER BARU DARI INTERNET
MENGALIRKAN UANG KE REKENING BANK ANDA SECARA OTOMATIS
SEGERA KLIK DISINI
INFORMASI PENTING UNTUK PERUBAHAN HIDUP ANDA
MAU DAPAT UANG SETIAP HARI Rp.50.000 S/D Rp.500.000 SETIAP HARI
JIKA ANDA INGIN KIRIM SMS YANG BISA MENDAPATKAN UANG, MESKIPUN SMS YANG ANDA KIRIM ADALAH SMS GRATISAN DARI OPERATOR ANDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar